Sabtu, 01 Desember 2007

Mengambil Keputusan Cepat dan Tepat


Apa pun keputusan yang diambil seseorang pasti memiliki makna
penting, baik bagi orang lain maupun terhadap diri sendiri.
Sebagaimana yang kerap kita saksikan, setiap keputusan pemimpin
sangat ditunggu-tunggu berbagai kalangan dengan intensi dan
kepentingan masing-masing.

Kecil atau pun besar volume kelompok yang dipimpinnya, keputusan
pemimpin sangatlah berarti, serius, serta berpengaruh besar dan luas.
Kenyataan itu memberikan sekelebatan indikasi bahwa keputusan harus
diambil tidak saja dengan hati-hati, tapi juga tegas dan diputuskan
dengan berani dalam keadaan sadar.

Ada dua hal yang dibedakan berdasarkan prosesnya, yakni memecahkan
masalah (problem solving) dan membuat keputusan, terjemahan decision
making. (Kurang pas diterjemahkan sebagai "mengambil" keputusan). Tak
jarang orang memandangnya sama, kedua hal itu dianggap saling
berkaitan. Kendati keduanya memiliki definisi yang berbeda.


Pemecahan masalah merupakan serangkaian aktivitas manusia dalam
menjalani kehidupannya. Aktivitas hidup tersebut meliputi berbagai
sendi atau aspek, baik menyangkut hubungan antarpribadi, pekerjaan,
maupun kehidupan sosial secara lebih luas.

Semua aktivitas bertujuan untuk mencapai peningkatan kualitas manusia
yang bersifat kontinu atau berkelanjutan. Manusia harus selalu
kreatif saat memecahkan masalah yang dijumpai dalam keseharian
hidupnya.

Ada empat hal penting yang patut dimiliki seseorang agar mampu
melampaui proses pemecahan masalah dengan baik. Pertama, pemahaman
terhadap masalah yang sesungguhnya. Kedua, menguasai strategi
pemecahan yang jitu. Ketiga, memiliki kemampuan dan keterampilan yang
teruji, dan keempat, mengenali rintangan demi rintangan yang harus
dihadapi.


Secara garis besar, pendekatan kreatif dalam problem solving terbagi
atas tiga bagian. Proses inventarisasi sebagai bagian pertama,
diikuti bagian kedua, yakni identifikasi masalah, selanjutnya ketiga,
diakhiri proses pemecahan dan penerapan. Hal ini dibahas lebih dahulu
karena meskipun memiliki pengertian yang berbeda, dalam proses
pemecahan masalah sering kali melibatkan tindakan membuat keputusan.

Bagaimana Keputusan Dibuat?

Matlin (1995) mendefinisikan pembuatan keputusan (decision making)
sebagai tindakan seseorang untuk memilih satu atau lebih di antara
berbagai kemungkinan yang ada dalam kondisi yang belum jelas.
Pengertian ini memberikan gambaran bahwa keputusan juga mengandung
unsur prediksi dan berisiko.

Orang tentu menghendaki keberhasilan ketika mengambil keputusan
dengan tepat. Namun begitu sering kita mendengar keputusan yang telah
diambil membawa dampak buruk terhadap orang-orang sekitar. Mengapa
hal ini terjadi?

Keputusan terdiri atas dua bentuk yang saling bergantung. Pertama,
keputusan pribadi, dibuat atas dasar kepentingan pribadi yang sedikit
sekali melibatkan kehidupan orang lain. Kedua, keputusan kelompok,
yakni keputusan yang dibuat demi kelangsungan dan masa depan suatu
kelompok.


Kelompok di sini dapat berupa organisasi sosial, profit, bahkan
negara yang melibatkan kepentingan dan kesejahteraan rakyat pada
umumnya. Keputusan kelompok paling sering dijumpai karena pada
hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang hidup di dalam
kelompok.

Keputusan ini dipengaruhi pertimbangan- pertimbangan pribadi dari sang
pembuat keputusan, plus mempertimbangkan pendapat dan situasi
kelompok sebagai alternatif. Namun, sifat dari keputusan adalah
dibuat. Jadi, semua bergantung pada pembuatnya. Bayangkan ketika
seseorang membuat kue bolu, setidaknya ia harus menyediakan telur,
tepung, gula dan sedikit mentega. Juga perlu memiliki alat pengocok,
loyang cetakan, dan oven.

Kue bolu akan mengembang dan enak rasanya apabila dibuat dengan
ukuran-ukuran yang pas, tepat, tidak lebih atau kurang bahan. Satu
lagi, dalam beberapa kejadian, telur tak dapat mengembang apabila
konsentrasi dan emosi sang pembuat tidak fokus. Mungkin saja
kocokannya jadi kurang kuat atau kecepatan dan arah adukan yang tidak
stabil. Maka gagallah kue bolu itu.

Analogi tersebut cukup enak dijadikan cermin. Dibuat atau tidak suatu
keputusan yang melibatkan kepentingan banyak orang, betul-betul
bergantung pada pembuatnya. Menya- dari ketersediaan bahan atau
kesiapannya untuk fokus pada proses, bahkan kesungguhan hatinya dalam
membuat keputusan, bisa saja sang pembuat memilih alternatif lain.

Merasa belum siap dengan alternatif A, ketika banyak orang menunggu
keputusannya itu dibuat, sang pembuat malah memilih menunda
keputusannya. Penundaan dalam membuat keputusan adalah keputusan yang
dibuat berdasarkan pertimbangan khusus.

Biasanya lebih bersifat pribadi, karena hanya dirinya yang paling
paham sejauh mana ia siap membuat keputusan penting tersebut.

Sederhana saja memaknai proses sebuah keputusan dibuat. Berpijak pada
pemahaman yang diusung Matlin, pilihan yang diambil dan dicetuskan
oleh pembuat keputusan itulah yang merupakan keputusannya saat itu.

Jadi sia-sialah barangkali jika anggota kelompok tertentu menunggu-
nunggu keputusan yang mereka inginkan dibuat oleh pemegang otoritas
pembuat keputusan.

Yang menentukan bentuk keputusan itu bukan orang lain, meski masukan
dan situasi kelompok selalu diapungkan menjadi alternatif sebagai
bahan-bahan pertimbangan. Dengan tetap memegang definisi Matlin, kita
tahu bahwa keputusan dibuat dalam kondisi yang tidak jelas alias
masih diragukan ketepatannya dengan situasi yang ada.

Membuat keputusan berarti siap dan berani menanggung segala risiko
yang ditimbulkannya. Keputusan yang dibuat tentu saja akan teruji
lewat respons lingkungan serta perubahan situasi dan kondisi.

Mari, kita sedikit bermain logika matematika: semua A adalah semua B,
jika dan hanya jika A sama dengan B dan B sama dengan A. Mudah-
mudahan dapat digunakan untuk mengatakan, semua keputusan yang tidak
pasti adalah kondisi yang tidak jelas, jika dan hanya jika keputusan
yang tidak pasti sama dengan kondisi yang tidak jelas, dan
sebaliknya.

Mengapa harus membiarkan kondisi yang tidak jelas semakin diperkeruh
dengan keputusan yang tidak pasti dan tidak tegas? Setiap orang pasti
ingin menjadi pembuat keputusan yang lihai. Tidak ada salahnya
belajar dari kesalahan orang lain dalam membuat keputusan, asalkan
tidak mengulangi hal yang sama.

Memecahkan Masalah

Sudah kita lewati bahasan soal pemecahan masalah di atas tadi.
Tahukah Anda keputusan yang Anda buat memetakan kepiawaian Anda
memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan yang kian kompleks ini.

Berarti pula memetakan kualitas kemanusiaan kita sebagai manusia.
Dalam proses pemecahan masalah dicapai suatu keadaan seimbang ketika
konflik teratasi. Bagaimana konflik atau masalah terpecahkan,
tergantung bagaimana kesiapan empat pilar problem solving kita, plus
pengambilan keputusan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi.

Kita tahu, situasi dan kondisi berubah-ubah dan belum jelas. Sering
kali orang mendengungkan pameo: tiada yang abadi di muka bumi ini
selain perubahan. Jadi, perubahan merupakan konsekuensi logis dari
kondisi yang tak pernah menentu.

Apabila kita tetap kesulitan menentukan sikap, ragu-ragu membuat
keputusan, menunggu kepastian dan stabilitas kondisi, jelas tak
mungkin. Lebih baik bersiap-siap saja menerima apa pun risiko dari
keputusan yang dibuat.

Kata orang bijak, bahan-bahan dalam membuat keputusan perlu
dipersiapkan dengan baik. Bahan itu adalah pengetahuan yang tak henti
ditambah, keberanian secukupnya, ketegasan yang tak berlebihan, dan
kejujuran penuh.

Orang bijak juga bilang, keputusan harus dibuat dengan bijak. Kalau
begitu marilah kita belajar kepada yang bijak untuk menjadi bijak.

Sumber: Mengambil Keputusan Cepat dan Tepat oleh Rinny Soegiyoharto,
psikolog bekerja di BPK Penabur

Tidak ada komentar: