Minggu, 15 Agustus 2010

KRITERIA TEKNIS KAWASAN PERUNTUKAN PERTANIAN

3.4. Kawasan Budidaya Peternakan
Kawasan peternakan adalah kawasan yang secara khusus diperuntukkan untuk kegiatan peternakan atau terintegrasi dengan subsektor Iainnya sebagai komponen usahatani (berbasis tanaman pangan, perkebunan, hortikultura dan perikanan) beronientasi ekonomi dan berakses industri hulu sampai hilir.
Kawasan budidaya peternakan pada saat ini relatif semakin sulit dijumpai di tingkat kabupaten/kota, karena kompetisi penggunaan Iahan semakin tinggi dan dukungan pemerintah daerah yang terbatas. Di lain pihak, kebutuhan dan konsumsi daging semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan usia serta kesejahteraan penduduk yang semakin baik. Pada saat ini diperkirakan masih terdapat sekitar 2 juta ha luas lahan padang penggembalaan dan hijauan makan ternak sebagai sumber kawasan budidaya peternakan yang dapat dijadikan dan ditingkatkan menjadi kawasan peruntukan peternakan.
A. Ciri-ciri Kawasan Peruntukan Peternakan
- Lokasi mengacu pada RTRW provinsi dan kabupaten/kota, dan mengacu pada kesesuaian lahan.
- Dibangun dan dikembangkan oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan atau masyarakat sesual dengan biofisik dan sosial ekonomi dan Iingkungan.
- Berbasis komoditas ternak unggulan nasional dan daerah dan atau komoditas ternak strategis.
- Pengembangan kelompok tani menjadi kelompok usaha.
- Dapat diintegrasikan pada kawasan budidaya Iainnya.
- Didukung oleh ketersediaan sumber air, pakan, teknologi, kelembagaan serta pasar.
B. Komponen Kawasan Peruntukan Peternakan
(1) Lahan
Lahan sebagai basis ekologis pendukung pakan dan lingkungan budidaya harus dioptimalkan pemanfaatannya. Dalam
11
pengembangan kawasan agribisnis peternakan perlu memperhatikan kesesualan lahan, agroklimat yang mendukung keunggulan lokasi yang bersangkutan. Dalam penetapan lokasi kawasan peternakan yang dikelola oleh perusahaan swasta, pemerintah daerah dan badan usaha mUik pemerintah dan pemerintah daerah serta masyarakat mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Peternak
Peternak diarahkan untuk berkelompok dan berkembang menuju terbentuknya suatu wadah/koperasi usaha peternakan yang mandiri.
(3) Ternak
Pemilihan jenis ternak didasarkan atas potensi jenis ~ternak yang menghasilkan keuntungan dengan skala usaha ekonomis dan potensi pemasarannya, dapat ditenima oleh masyarakat setempat serta selaras dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Teknologi
Untuk menghasilkan produk yang berdaya saing, maka perlu dikembangkan komoditas yang memenuhi persyaratan baik kuantitas maupun kualitas melalui penyediaan teknologi terapan yang tepat guna dan tepat lokasi baik budidaya, pasca produksi dan pengolahan hasil.
(5) Sarana dan Prasarana Pendukung
Berkembangnya kawasan peruntukan peternakan sangat ditentukan oleh tersedianya sarana dan prasarana pendukung atau kemudahan dalam mencapai akses terhadap pemasaran dan sarana produksi. Sarana dan prasarana pendukung yang dibutuhkan untuk pengembangan peternakan antara lain:
a. Sarana pendukung industri yaitu industni pakan, industri bibit/bakalan ternak, industri obat dan vaksin, industri alat dan mesin pertanian dan lain sebagainya.
b. Sarana pendukung budidaya yaitu pos kesehatan hewan, pos Inseminasi Buatan, sarana pembuatan kompos dan sebagainya.
c. Sarana pendukung pasca panen dan pengolahan hasil seperti: rumah potong hewan industni pengolah susu, industni pengolah daging dan produk ternak lainnya.
d. Sarana pendukung pemasaran yaitu holding ground, pasar hewan, sanana transportasi dan lain sebagainya.
e. Sarana pendukung pengembangan usaha yaitu kelembagaan permodatan, kelembagaan penyuluhan, kelembagaan koperasi,
12
kelembagaan penelitian, kelembagaan pasar dan lain sebagainya.
C. Klasifikasi Kawasan Peruntukan Perternakan.
Kawasan peruntukan peternakan dapat dibedakan berdasarkan:
(1) Komoditas yang terdiri atas kawasan sapi perah, sapi potong, kambing/domba, ayam buras, itik, babi dan ayam ras petelur dan pedaging.
(2) Sistem Usaha Peternakan yang meliputi sistem ekstensifikasi (kawasan pastura/padang penggembalaan) dan Sistem Intensifikasi (kawasan usaha peternakan).
Kawasan pastura teridri atas kawasan pengembalaan umum dan kawasan rand.
Kawasan ranci sebagai kawasan peternakan yang sama dengan kawasan umum hanya pada umumnya dimiliki oleh sebuah badan usaha, sudah memanfaatkan teknologi sistem pembenian pakan yang balk dan pemagaran kawasan.
Sistem intensifikasi (kawasan usaha peternakan).
Sistem intensifikasi adalah kawasari peternakan dalam suatu hamparan lahan dan umumnya meliputi satu jenis ternak yang dimiliki oleh perorangan, kelompok atau badan usaha peternakan (KUNAK) dan yang sudah mengarah kepada indüstrialisasi disebut kawasan industni peternakan (KINAK)

Saya ini Sedang Futur

Saya ini sedang futur......

Terbukti dengan ogah-ogahan saya datang kepengajian tiap pekan

Dengan alasan klasik : kuliahlah, lelahlah,kerjalah, sibuklah,inilah, itulah

Saya ini sedang futur

Saya ini sedang futur.......

Lihat penampilan saya yang banyak berubah

Tak lagi pandai menjaga pandangan sering cari sasaran

Saya ini sedang futur....

Jarang baca buku tentang Islam, lagi demen baca koran

Dulu, tilawah nggak pernah ketinggalan.

Sekarang,satu lembar udah lumayan

Tilawah sudah tidak lagi berkesan, nonton "layaremas"ketagihan

Saya ini sedang futur...

Walau takut akan adzab

Tak pernah sekalipun terisak, Malah seringnyaterbahak

Saya ini sedang futur...

Mulai malas sholat malam jarang bertafakur

Ba'da shubuh, kanan kiri salam lantas kembalimendengkur

Apalagi waktu libur

Sampai menjelang Dzuhur

Saya ini sedang futur...

Lihat perut saya makin buncit karena junkfood danpangsit

Kalau infaq sedikit dan mulai pelit

Apalagi shoum sunnah perut rasanya begah



Ente tau, ane...

Ente tau ane lagi futur

Sedikit dzikir banyakan tidur

Belajar ngawur IP pun hancur

Sohib-sohib kagak ada nyang negur

Ente tau ane lagi futur

Ati beku otak ngelantur

Mikirin orang sedulur-dulur

Diri sendiri kaga pernah ngukur

Ente taulah ane sekarang Seneng duduk di kursi goyang

Perut kenyang otak ngelayang

Mulut sibuk ngomongin orang

Aib sendiri kagak kebayang

Ente tau ane bengal

Bangun malem sering ditinggal

Otak bebal banyak ngehayal

Udah lupa nyang namanye ajal

Ente tau ane begini

Udah sok tau seneng dipuji

Ngomong sok suci Kaya murobbi

Kagak ngaca diri sendiri

Ente tau ane gegabah

Petantang petenteng merasa gagah

Diri ngaku-ngaku ikhwah

Padahal kalo 'mau' muhasabah 'ntu diri nggak bedasampah

Ente tau ane sekarang

Udah kalah di medan perang

Ane pengen pulang kandang

Ke tempat dulu ane datang

Saya ini sedang futur...

Sibuk ngurusin kerjaan, Ogah nanganin binaan

Saya ini sedang futur...

Tak lagi pandai bersyukur

Saya ini lagi bingung Senang disanjung dikritikmurung

Saya ini sedang futur...

Malas ngurusin dakwah

Rajinnya bikin orang tua marah

Sedikit sekali muhasabah

Sering sekali mengghibah

Ya, memang saya sedang futur

Mengapa saya futur ????

Mengapa tak ada seorang ikhwah pun yang menegurdan menghibur

Kenapa batas-batas sudah mulai kendurKepura-puraan, basa-basi, dan kekakuan makin subur

Kenapa di antara kita sudah tidak jujur Kenapaukhuwah di antara kita sudah mulai luntur

Kenapa di antara kita hanya pandai bertutur

Ya Allah, berikan hamba-Mu ini pelipur

Agar saya tidak semakin futur

Apalagi sampai tersungkur

Kita hidup dari apa yang kita dapatkan, tapi kitabahagia dari apa yang kita berikan"

Keep smile & spiritGANBATTE!!! ^_^



sumber

http://agungfirmansyah.wordpress.com/2008/04/24/saya-ini-sedang-futur/

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 7 TAHUN 2002

Pasal 46
(1) Kawasan peternakan luasnya tumpang tidih dengan dengan kawasan pertanian lahan kering
(2) Sebaran lokasi kawasan ini di seluruh kecamatan di Kabupaten Jembrana.
(3) Rencana pemanfaatan ruang kawasan ini diarahkan sebagai berikut :
a. Jenis ternak yang dikembangkan meliputi : sapi Bali, dan kerbau, kambing, babi, ayam.
b. Pemanfaatan lahan pertanian yang dapat mensuplai bahan makanan ternak;
c. Pemanfaatan lahan kritis melalui pengembangan rumput, leguminosa, semak, dan jenis
pohon yang tahan lahan kering dan sesuai untuk makanan ternak melalui sistem tiga strata;
d. Penyediaan bibit-bibit unggul ternak (kawin suntik);
e. Pengendalian limbah peternakan agar tidak mencemari lingkungan dan aliran sungai.

Jumat, 28 Mei 2010

LKPP dan LPSE dalam Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
http://www.lkpp.go.id/

Layanan Pengadaan Secara Elektronik
LPSE

Daftar Ahli Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Langkat
klik di sini

Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
klik di sini

K9 web protection

Program ini merupakan program untuk memproteksi situs-situs yang tidak diinginkan. Baik digunakan para orangtua yang melindungi anaknya dari situs-situs porno.
Download sekarang juga di sini

Minggu, 16 Mei 2010

Profile Setting Operator 3G Indonesia

OPERATOR APN USERNAME PASSWORD
TELKOMSEL PRABAYAR flash kosongkan kosongkan
TELKOMSEL UNLIMITED telkomsel atau internet kosongkan kosongkan
IM3/MENTARI (DURASI) indosatgprs indosat@durasi indosat@durasi
IM3/MENTARI (VOLUME) indosatgprs indosat indosat
MATRIX BROADBAND indosat3g indosat indosat
IM2 indosatm2 Sesuai yg didaftarkan Sesuai yg didaftarkan
XL www.xlgprs.net xlgprs proxl
AXIS axis axis 123456
THREE 3gprs 3gprs 3gprs

Kamis, 13 Mei 2010

Download Teknik Inseminasi Buatan

http://118.98.163.253/download/view.php?file=47_PERTANIAN/budidaya_ternak/budidaya_ternak_ruminansia/tehnik_inseminasi_buatan_pada_ternak.pdf.

Glossary atau Istilah dalam IB

Abnormalitas sperma : Persentase sperma yang memiliki kelainan bentuk
fisik dalam satu contoh semen.
Abnormalitas primer : Abnormalitas sperma yang terjadi selama proses
pembentukannya (spermatogenesis) di dalam organ reproduksi jantan
(testes)
Abnormalitas sekunder : Abnormalitas sperma yang terjadi setelah proses
spermatogenesis terjadi serta akibat perlakuan pada saat pemeriksaan atau
pengolahan semen
Albumen : Putih telur
Ampulla vas deferens : Bagian ujung saluran yang menghubungkan testes
dengan urethra, tempat penyimpanan semen di dalam saluran kelamin
ternak jantan sebelum diejakulasikan
Canister : Silinder logam tipis tempat menyimpan semen beku dalam
Container Nitrogen cair.
Cervix uteri : Bagian saluran reproduksi ternak betina mamalia antara
vagina dan badan uterus.
Chilled semen : Semen cair. Satu bentuk hasil pengolahan semen dalam
bentuk cair yang disimpan pada suhu 5o C.
Cold shock : Peristiwa yang dialami sperma karena suhu rendah.
Container : Tanki logam tempat berdinding ganda yang dirancang untuk diisi
gas nitrogen cair yang bersuhu –196o C yang berguna untuk menyimpan
awetan semen dalam bentuk beku.
Corong karet : Karet atau bahan campuran karet dan plastik yang berbentuk
seperti corong yang berfungsi sebagai penyambung antara silinder utama
vagina tiruan dengan tabung penampung semen.
Densum : Kriteria kepadatan sperma yang memiliki jarak antar kepala
kurang dari satu kali panjang kepala sperma.
Deposisi semen : Pencurahan semen atau penyampaian semen di dalam
saluran reproduksi ternak betina.
Elektrojakulator : Alat bantu elektris untuk merangsang ternak jantan
mamalia supaya ereksi dan ejakulasi.
Equilibrasi : Proses penyesuaian sperma dengan kondisi lingkungan yang
merupakan tahap persiapan sperma untuk menjalani penurunan suhu agar
kerusakan/kematian sperma akibat penurunan suhu dapat diminimalisasi.
Ereksi : Kondisi ternak jantan yang terangsang secara seksual yang ditandai
dengan penegangan penis.
False mount : Satu tindakan meningkatkan libido hewan jantan dengan jalan
menurunkan pejantan yang sudah menaiki tubuh hewan betina pada saat
penampungan semen mengguna-kan metode vagina tiruan.
Fertilisasi : Pembuahan, pertemuan dan bersatunya sel kelamin jantan
(sperma) dengan sel kelamin betina (sel telur).
Filling and sealing : Salah satu tahapan proses pembuatan semen beku,
yaitu pengisian semen cair ke dalam kemasan serta penutupan kemasan.
Frozen semen : Semen yang diawetkan dalam bentuk beku.
Gliserolisasi : Proses penambahan gliserol ke dalam larutan semen cair
pada pembuatan semen beku.
Glycerol : Bahan yang berfungsi membantu mengurangi kerusakan sperma
akibat penurunan suhu yang sangat tajam pada proses pembuatan semen
beku.
Hypertonic stress : Stress yang dialami sperma akibat tingginya tekanan
osmotik larutan pada saat penurunan suhu dari 5o C ke –196o C.
Inner liner : Silinder karet tipis yang digunakan sebagai pelapis bagian
dalam vagina tiruan yang akan bersentuhan langsung dengan penis ternak
jantan.
Insemination gun : Aplikator untuk menyampaikan/mencurahkan semen
pada saat dilakukan inseminasi.
Isotonis : Tekanan osmotik larutan yang sama dengan tekanan osmotik
plasma darah.
Kamar hitung Neubauer : Alat dari kaca yang memiliki kotak-kotak kecil
berpresisi tinggi untuk menghitung sel darah atau mikroorganisme, termasuk
sperma.
Kloaka : Bagian ujung belakang saluran pencernaan ternak unggas,
sebelum anus.
Krioprotektan : Bahan atau senyawa kimia yang memiliki kemampuan
melindungi sel hidup seperti sperma dari kerusakan akibat penyimpanan
pada suhu yang sangat rendah.
KY Jelly : Jelly yang berfungsi sebagai pelicin/pelumas sewaktu pemasukan
thermometer atau benda lain ke dalam anus bayi.
Larutan Eosin 2 % : Larutan yang mengandung Eosin sebanyak 2 % yang
akan berdifusi ke dalam sel yang dindingnya sudah rusak.
Larutan NaCl Fisiologis : Larutan yang mengandung garam NaCl sebanyak
0,9 % dan bersifat isotonis.
Lensa objektif : Lensa pada mikroskop yang berhubungan dengan objek
dalam preparat.
Lensa okuler: Lensa pada mikroskop yang berhubungan dengan mata
pemeriksa.
Libido : Nafsu seksual hewan jantan.
Macrocephalic : Sperma yang memiliki ukuran kepala lebih besar dari
ukuran normal.
Makroskopik : Pengamatan secara kasar, tidak presisi.
Membran vitellin : Lapisan yang membungkus kuning telur
Microcephalic : Sperma yang memiliki ukuran kepala lebih kecil dari ukuran
normal.
Motil progresif : Sebutan untuk sperma yang hidup dan bergerak ke arah
depan secara aktif.
Motilitas sperma : Persentase sperma hidup dalam satu contoh semen.
Necro-spermia : Kriteria konsentrasi sperma yang diamati berdasarkan jarak
antar kepalanya. Pada kriteria ini di dalam preparat tidak terlihat adanya
sperma.
Oligo-spermia : Kriteria konsentrasi sperma yang diamati berdasarkan jarak
antar kepalanya. Pada kriteria ini di dalam preparat terlihat jarak antara satu
kepala sperma dengan kepala sperma lainnya lebih dari panjang satu sel
sperma keseluruhan.
Panthom : Patung hewan yang dibuat sebagai pengganti hewan pemancing
pada proses penampungan semen meng-gunakan metode vagina tiruan.
Pengenceran semen : Proses penambahan larutan pengencer ke dalam
semen dengan maksud memperbesar volume semen dan memperpanjang
daya hidup sperma dalam semen.
Pewarnaan diferensial : Satu metode pemeriksaan semen yang bertujuan
untuk melihat dan membedakan sperma yang hidup dengan yang mati
berdasarkan penyerapannya terhadap zat warna.
Pipet haemacytometer : Pipet untuk mengencerkan atau menurunkan
konsentrasi sel darah merah atau jasad renik, termasuk sperma.
Plastic sealer : Alat untuk merekatkan dua lembar plastik dengan plat logam
panas.
Plastic sheet : Silinder plastik untuk membungkus insemination gun pada
saat pelaksanaan inseminasi pada ternak mamalia dengan semen beku
kemasan straw.
Probe : Batang detektor (pada pH meter) atau batang penyampai arus listrik
(pada Elektroejaakulator).
Pubertas : Tahapan perkembangan kondisi seksual hewan pada saat hewan
mencapai dewasa kelamin (pada manusia = akil balig).
Rarum : Kriteria kepadatan sperma yang memiliki jarak antar kepala satu
setengah panjang kepala sperma sampai satu sel sperma keseluruhan.
Recto-vaginal : Salah satu metode pelaksanaan deposisi semen pada
ternak mamalia besar dengan jalan memegang cervix uteri dengan sebelah
tangan melalui rectum dan tangan satu lagi memasukkan aplikator melalui
vagina.
Rectum : Bagian ujung belakang saluran pencernaan ternak ruminansia
(mamalia), sebelum anus.
Semen : Air mani. Cairan yang dikeluarkan oleh alat kelamin jantan pada
saat perkawinan alam atau ditampung secara buatan.
Semi densum : Kriteria kepadatan sperma yang memiliki jarak antar kepala
sama dengan satu kali panjang kepala sperma.
Service crate : Kandang kawin.
Speculum : Duck bill atau cocor bebek. Alat dari logam yang digunakan
untuk menguakan vagina.
Straw : Jerami. Tabung plastik kecil untuk mengemas semen beku.
Vagina tiruan : Alat untuk melakukan penampungan semen hewan mamalia
yang terdiri dari selongsong luar yang keras yang dinding dalamnya dilapisi
selongsong karet tipis (inner liner) tempat memasukan air hangat dan udara,
corong karet, dan tabung penampung semen.
Vaginoscope : Tabung logam yang ujung depannya dilengkapi lampu,
disisipkan ke dalam lubang vagina untuk melihaat kedaan bagian dalam
vagina

SAPI TIDAK BUNTING MESKI SUDAH DI INSEMINASI BUATAN (IB)

Sapi tidak bunting meski sudah di IB dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1.

Peternak dan Operator IB
2.

Kualitas Semen
3.

Hewan Betina

1. Peternak dan Operator IB

Keberhasilan inseminasi buatan sangat ditentukan oleh kemampuan dari peternak dalam hal deteksi estrus, sebab dengan deteksi estrus yang tepat dapat membantu operator IB dalam menentukan waktu yang tepat dalam melakukan inseminasi buatan. Ada beberapa cara untuk detaksi estrus antara lain dengan :

*

Melihat adanya leleran lendir pada vulva
*

Menggunakan teaser
*

Sistem recording yang baik

Operator IB selain berperan dalam menentukan waktu yang tepat untuk melakukan IB, operator juga harus berpengalaman dalam penanganan semen dan juga penempatan semen kedalam saluran reproduksi sapi betina. Tempat terbaik untuk menempatkan semen adalah di corpus uteri kira-kira 3 cm di depan cervik uteri.

2. Kualitas Semen

Kualitas semen yang baik untuk IB adalah konsentrasinya 25 juta untuk semen beku dan juga Post Thawing Motility (PTM) nya 40 % selain itu spermatozoanya tidak mengalami abnormalitas. Spermatozoa yang mempunyai bentuk abnormal menyebabkan kehilangan kemampuannya untuk membuahi sel telur dalam tuba falopii. Untuk itu semen dievaluasi secara periodik selam 6 bulan. Semen yang kualitasnya baik akan meningkatkan keberhasilan dari inseminasi buatan.

3. Hewan Betina

Pada dasarnya kegagalan dari inseminasi buatan adalah adanya gangguan pada hewan betinanya baik itu adanya kelainan anatomi saluran reproduksi, gangguan hormonal dan juga abnormalitas sel telur.

3.1. Kelainan anatomi saluran reproduksi

Kelainan anatomi dapat bersifat genetik maupun nongenetik. Kelainan anatomi saluran reproduksi ini ada yang mudah diketahui secara klinis dan ada yang sulit untuk dideteksi, sehingga sulit didiagnosa. Termasuk pada kelompok kedua yang sulit didiagnosa adalah :

*

Tersumbatnya tuba falopii
*

Adanya adhesio antara ovarim dengan bursa ovarium
*

Lingkungan dalam uterus yang kurang serasi
*

Fungsi yang menurun dari saluran reproduksi

Yang paling sering dijumpai pada kelompok ini adalah adanya penyumbatan pada tuba falopii. Penyumbatan ini menyebabkan sel telur yang diovulasaikan dari ovarium gagal mencapai tempat pembuahan yaitu di ampula dan sel mani juga terhalang untuk mencapai tempat pembuahan, sehingga proses pembuahan gagal. Tuba falopii yang buntu dapat berbentuk :

*

Adhesio dinding tuba
*

Adhesio antara ovarium dengan bursa ovarii
*

Salpingitis baik akut maupun kronis
*

Hidrosalping
*

Kista pada saluran tuba
*

Piosalping
*

Hipoplasia tuba falopii yang bersifat genetik
*

Populasi m.o yang terlalu banyak di dalam uterus, serviks atau vagina

3.2. Gangguan hormonal

Adanya gangguan pada sekresi hormon gonadotropin (FSH dan LH) dan hormon estrogen akan menyebabkan terjadinya kegagalan fertilisasi. Kasus-kasus seperti silent heat (birahi tenang) dan subestrus (birahi pendek) disebabkan oleh rendahnya kadar hormon estrogen, sedangkan untuk kasus delayed ovulasi (ovulasi tertunda), anovulasi (kegagalan ovulasi) dan sista folikuler disebabkan oleh rendahnyanya kadar hormon gonadotropin (FSH dan LH).

a. Kadar estrogen yang rendah

Rendahnya kadar estrogen dalam darah karena defisiensi nutrisi : β karotin, P, Co dan berat badan yang rendah akan menyebabkan kejadian silent heat dan subestrus padi sapi. Kejadian in sering terjadi pada sapi post partus. Pada kasus silent heat, proses ovulasi berjalan secara normal dan bersifat subur, tetapi tidak disertai dengan gejala birahi atau tidak ada birahi sama sekali. Diantara hewan ternak, silent heat sering dijumpai pada hewan betina yang masih dara, hewan betina yang mendapat ransum dibawah kebutuhan normal, atau induk yang sedang menyusui anaknya atau diperah lebih dari dua kali dalam sehari. Sedang pada kejadian sub estrus, proses ovulasinya berjalan normal dan bersifat subur, tetapi gejala birahinya berlangsung singkat / pendek (hanya 3-4 jam). Sebagai predisposisi dari kasus silent heat dan sub estrus adalah genetik.

Hormon LH pada kejadian silent heat dan sub estrus mampu menumbuhkan folikel pada ovarium sehingga terjadi ovulasi, tetapi tidak cukup mampu dalam mendorong sintesa hormon estrogen oleh sel granulosa dari folikel de Graaf sehingga tidak muncul birahi.

b. Kadar hormon gonadotropin yang rendah (FSH dan LH)

Rendahnya kadar hormon LH dalam darah dapat menyebabkan terjadinya delayed ovulasi (ovulasi tertunda) dan sista folikuler. Karena rendahnya kadar LH, fase folikuker diperpanjang sehingga yang seharusnya folikel mengalami ovulasi dan memasuki fase luteal tertunda waktunya atau tidak terjadi sama sekali. Gejala yang nampak dari kasus ini adalah kawin berulang (repeat bredeeer).

Pada kasus anovulasi (kegagalan ovulasi), folikel de Graaf yang sudah matang gagal pecah karena ada gangguan sekresi hormon gonadotropin yaitu FSH dan LH.

3.3. Abnormalitas sel telur

Ketidakseimbangan hormon-hormon reproduksi dapat mengganggu proses ovulasi. Ovulasi yang tidak normal dapat menghasilkan sel telur yang tidak normal.

Beberapa bentuk abnormal dari sel telur adalah :

*

Degenerasi sel telur
*

Zona pelusida yang sobek atau robek
*

Sel telur yang muda
*

Sel telur yang bentuknya gepeng, oval (lonjong)
*

Mini egg cell dan giant egg cell

Adanya abnormalitas pada sel telur akan menyebabkan kegagalan pada proses fertilisasi sehingga sapi yang telah di IB tidak bunting.

Cara Mengetahui Sapi Betina Bunting (di Pasar Hewan)

Secara garis besar ada dua indikasi dalam menentukan kebuntingan pada hewan betina yaitu :

1.

Indikasi kebuntingan secara eksternal
2.

Indikasi kebuntingan secara internal (Pemeriksaan per rektum)

Indikasi kebuntingan secara eksternal jangan dijadikan patokan baku kebuntingan, karena beberapa hewan dapat memperlihatkan anomali walaupun memperlihatkan tanda tersebut. Diagnosa pasti kebuntingan hanya dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan per rektum.

1. Indikasi kebuntingan secara eksternal, meliputi :

a. lewat catatan/ recording

b. adanya anestrus

c. pembesaran abdomen sebelah kanan secara progresif

d. berat badan yang meningkat

e. adanya gerakan fetus

f. gerakan sapi melambat

g. bulunya mengkilat

h. sapi menjadi lebih tenang temperamennya

i. kelenjar air susu membesar secara progresif.

2. Indikasi kebuntingan secara internal

Dapat dilakukan secara per rektum. Cara ini lebih mudah, praktis, murah dan cepat. Dapat dilakukan setelah 50-60 hari perkawinan. Dengan cara ini dapat ditentukan adanya :

1.

perubahan pada kornu uteri
2.

adanya kantong amnion
3.

adanya pergelinciran selaput janin
4.

adanya fetus
5.

adanya plasentom dan fremitus

Jika kita ada di pasar hewan dan disuruh memilikan sapi yang bunting cara yang dapat kita lakukan adalah dengan melihat kondisi fisik dari sapi, lalu melakukan tanya jawab dengan pedagang yang sapinya menunjukan gejala bunting tentang catatan siklusnya/perkawinannya, dan untuk pastinya dengan pemeriksaan per rektum jika diijinkan oleh pedagangnya.

sumber : http://jogjavet.wordpress.com/2008/03/18/sapi-tidak-bunting-meski-sudah-di-inseminasi-buatan-ib/

Kamis, 04 Februari 2010

membuat aplikasi java sms HP

import java.util.*;
import javax.microedition.lcdui.*;
import javax.microedition.midlet.*;

public class MobileGUI_Menu extends MIDlet implements CommandListener
{
Display display;

List menuList;
List inboxList;
List outboxList;
List draftList;
List sentList;

TextBox inputBox;

Alert alert = new Alert("Error", "Error loading menu (images)", null, AlertType.ERROR);

static final Command okCommand = new Command("OK",Command.OK,1);
static final Command backCommand = new Command("Back",Command.BACK,0);
static final Command exitCommand = new Command("Exit", Command.STOP, 2);
String currentMenu;

public MobileGUI_Menu()
{
}

public void startApp() throws MIDletStateChangeException
{

display = Display.getDisplay(this);
menuList = new List("Messaging", Choice.IMPLICIT);
try
{
menuList.append(" Write Message ", Image.createImage("/icon.png"));
menuList.append(" Inbox ", Image.createImage("/icon.png"));
menuList.append(" Outbox ", Image.createImage("/icon.png"));
menuList.append(" Drafts ", Image.createImage("/icon.png"));
menuList.append(" Sent Messages ", Image.createImage("/icon.png"));
menuList.addCommand(exitCommand);
menuList.setCommandListener(this);
display.setCurrent(menuList);
currentMenu = "Main";
} catch (Exception e)
{
showalert();
destroyApp(true);
}

}

void mainMenu()
{
display.setCurrent(menuList);
currentMenu = "Main";
}

public void pauseApp() {
display = null;
menuList = null;
inboxList = null;
outboxList = null;
draftList = null;
sentList = null;

}

public void destroyApp(boolean unconditional)
{
notifyDestroyed();
}

public void showWriteForm()
{
inputBox = new TextBox ("Enter the Your Message", "", 160, TextField.ANY);
inputBox.addCommand(backCommand);
inputBox.setCommandListener(this);
inputBox.setString("");

display.setCurrent(inputBox);
currentMenu = "Write";
}

public void showInboxForm()
{
inboxList = new List("Inbox", Choice.IMPLICIT);
inboxList.append("Inbox 1 ", null);
inboxList.append("Inbox 2 ", null);
inboxList.append("Inbox 3 ", null);
inboxList.addCommand(backCommand);
inboxList.setCommandListener(this);

display.setCurrent(inboxList);
currentMenu = "Inbox";
}

public void showOutboxForm()
{

outboxList = new List("Outbox", Choice.IMPLICIT);
outboxList.append("Outbox 1 ", null);
outboxList.append("Outbox 2 ", null);
outboxList.append("Outbox 3 ", null);
outboxList.addCommand(backCommand);
outboxList.setCommandListener(this);

display.setCurrent(outboxList);
currentMenu = "Outbox";
}

public void showDraftForm()
{
draftList = new List("Drafts", Choice.IMPLICIT);
draftList.append("Draft 1 ", null);
draftList.append("Draft 2 ", null);
draftList.append("Draft 3 ", null);
draftList.addCommand(backCommand);
draftList.setCommandListener(this);

display.setCurrent(draftList);
currentMenu = "Draft";
}

public void showSentForm()
{

sentList = new List("Sent Messages", Choice.IMPLICIT);
sentList.append("Messages 1 ", null);
sentList.append("Messages 2 ", null);
sentList.append("Messages 3 ", null);
sentList.addCommand(backCommand);
sentList.setCommandListener(this);

display.setCurrent(sentList);
currentMenu = "Sent";
}
public void showalert()
{
try
{
alert.setTimeout(Alert.FOREVER);
display.setCurrent(alert);
}
catch(Exception e) {}
}

public void commandAction(Command c, Displayable d)
{
try
{
String label = c.getLabel();
if (label.equals("Done"))
{
destroyApp(true);
}
if (label.equals("Exit"))
{
destroyApp(true);
}
else if (label.equals("Back"))
{
mainMenu();
}
else
{
if (label.equals("Back") && currentMenu.equals("Write")) {
mainMenu();
}
if (label.equals("OK") && currentMenu.equals("Inbox")) {
mainMenu();
}
if (label.equals("OK") && currentMenu.equals("Outbox")) {
mainMenu();
}
if (label.equals("OK") && currentMenu.equals("Draft")) {
mainMenu();
}
if (label.equals("OK") && currentMenu.equals("Sent")) {
mainMenu();
}
List down = (List)display.getCurrent();
switch(down.getSelectedIndex())
{
case 0: showWriteForm();break;
case 1: showInboxForm();break;
case 2: showOutboxForm();break;
case 3: showDraftForm();break;
case 4: showSentForm();break;
}
}
}
catch(Exception e) {}
}

}

Sabtu, 09 Januari 2010

Doa untuk Menenangkan Hati

Doa :
"Yaa Muqollibal quluubi Tsabbit Qalbii 'Alaa Diinik"

Arti :
"Wahai Dzat yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hati kami dalam agamamu"

Saran Waktu :
"Setelah Dzikir Shalat Wajib"

Sumber Dalil :
- Hadist

" Hannad menceritakan kepada kami, Abu Muawiyah menceritakan kepada kami, dari Al A'masy, dari Abu Sufyan, dan dari Anas, ia berkata, "Rosululloh memperbanyak bacaan "Wahai Dzat yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hati kami dalam agamamu" (Yaa Muqollibal quluubi Tsabbit Qalbii 'Alaa Diinik). Aku berkata, "Wahai Rosululloh, kami beriman kepadamu dan beriman terhadap ajaran yang engkau bawa. Apakah engakau khawatir terhadap kami?" Beliau menjawab, "Ya, sesungguhnya hati itu berada diantara dua jari Allah. Allah akan membolak-balikan sesuka-Nya."

(Shahih Ibnu Majah (3834)